Sabtu, 27 Maret 2010

PENTINGNYA BUKU BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEJAK DINI


Anak-anak kita adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa ini dikemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.

Ada 3 aspek yang harus mampu kita persiapkan bagi generasi Indonesia yang kuat melalui mengasuh, membimbing dan menyediakan perlindungan, mengasah emosi dan membangun kecerdasan intelektual serta spiritual. Dan buku merupakan salah satu fasilitas yang dapat membantu pembentukan hal tersebut. Kala kita kecil dulu orang tua kita sering memberikan buku-buku cerita anak-anak yang isi halamannya tipis, tulisannya sedikit, sederhana dan mudah dimengerti oleh anak-anak. Hal terpenting selain itu semua adalah gambar-gambarnya yang menarik dan memancing imajinasi, sehingga anak-anak terpancing untuk membaca dan mengetahui isi bukunya

Namun sayangnya minat baca anak-anak Indonesia kini dinilai rendah, bahkan di kalangan mahasiswa dan pelajar pun masih dianggap belum menggembirakan. Membaca di kalangan masyarakat, khususnya pelajar agaknya belum menjadi kebutuhan pemuas diri yang sangat penting sebagaimana kebutuhan lain seperti makanan ataupun sandang. Gairah besar untuk melahap bacaan-bacaan apapun yang bermanfaat bagi pemahaman diri tentang sesuatu, mengetahui nilai-nilai, serta meluasnya wawasan kiranya belum dimiliki. Mereka hanya membaca buku-buku pelajaran yang memang diwajibkan atau yang termasuk mata kuliah/pelajaran. Jarang diantara mereka yang membaca buku-buku bacaan, baik yang masih berkait dengan studinya maupun yang bersifat pengetahuan umum. Hal ini tentunya berpengarus terhadap kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.

Dugaan ini tidak begitu meleset, terbukti Human Development Index (HDI), secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka Human Development Index (HDI) Indonesia adalah 0,692. Angka indeks tersebut merupakan komposisi dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar US$ 3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-111 dari 177 negara (Kompas, 2004).

Dari mana kita mulai membiasakan mencintai buku-buku, tentunya dari sejak usia dini ketika seseorang sudah bisa baca tulis, baik di rumah maupun di sekolah. Usia sekolah Dasar merupakan fondamen untuk menanamkan cinta baaca bagi anak-anak, selain secara psikologis pun masa-masa itu memiliki rasa keingintahuan yang cukup membuncah terhadap sesuatu, lebih-lebih ang memang diminati.

Anak-anak yang gemar membaca juga akan memiliki rasa percaya diri yang kuat. Itulah pentingnya perpustakaan sekolah dan mampu membangkitkan kegairahan anak-anak sekolah rajin membaca buku-buku. Bila anak-anak sudah bisa merasakan betapa asyiknya menikmati buku-buku bacaan yagn disukai, kelak pasti ia tetap akan memiliki kegemaran membaca. Jika tak mampu membeli buku, mungkin akan tetap berupaya mencarinya keperpustakaan–keperpustakaan.

Sebenarnya memang tidak mudah membangkitkan kegairahan anak-anak pada buku-buku bacaan. Apalagi sekarang , dunia hiburan begitu dekat dengan lingkungan anak-anak, seperti televisi yang menawarkan berbagi corak tayangan. Namun, pemerhati dunia anak terutama kalangan pendidik, memandang tetap ada pintu yang bisa mengarahkan anak-anak pada kegemaran membaca. Adanya perpustakan sekolah memang merupakan khasanah sumber cinta bacaan bagi anak-anak, tetapi lingkungan keluarga juga tak kalah penting. Pada keluarga yang membiasakan diri dengan buku-buku bacaan dirumah, baik buku cerita, sejarah, biografi maupun buku-buku seni dirumah, maka cepat atau lambat anak-anak pun akan terbawa untuk turut membaca buku-buku tersebut. Maka melalui keteladanan biasanya akan lebih mempan bisa dilakukan anak-anak ketimbang sekian ribu anjuran ataupun imbauan agar anak-anak gemar membaca.

Guna membangkitkan dan mengembangkan gairah baca dikalangan anak-anak, tentunya di sekolah-sekolah disediakan ruang perpustakaan yang memadai serta buku-buku bacaan yang lengkap pula. Namun, ternyata tidak semua sekolah memiliki ruang perpustakaan. Sebenarnya minat baca anak-anak itu cuku besar. Hanya bagaimana upaya kita ikut membantu menyediakan ruang perpustakaan gratis beserta isinya.

Kesimpulan:

Pada intinya buku-buku seperti buku tentang agama, dongeng yang mempunyai nilai kemanusiaan, biografi tokoh-tokoh terkenal dan sebagainya merupakan kebutuhan wajib dari anak Indonesia demi mengasah emosi dan membangun kecerdasan intelektual serta spiritual. Tingkat kegemaran membaca juga mempengaruhi Sumber Daya Manusia masyarakat Indonesia. Namun kendala yang dihadapi adalah kurangnya fasilitas pendukung seperti perpustakaan gratis, perputakaan keliling, buku-buku untuk anak-anak dan sebagainya.

Solusi:

Pentingnya peran swasta sebagai fasilitator pendidikan yang menyediakan atau menyumbangkan buku-buku dan perpustakaan gratis bagi anak-anak. Karena selama ini dana pihak swasta lebih banyak habis dibidang kegiatan promosi produknya. Selain itu peran pemerintah dan keluarga juga mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar