Sabtu, 27 Maret 2010

SISTEM PEMBELAJARAN ABAD 21 DENGAN PROJECT BASED LEARNING (PBL)


Kurikulum yang dikembangkan saat ini oleh sekolah dituntut untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan anak yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skils). Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh siswa apabila guru mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.

Selain pendekatan pembelajaran, siswa pun harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi - khususnya komputer. Literasi ICT adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh guru adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang lain yang memiliki minat yang sama.

Aspek lain yang tidak kalau pentingnya adalah Assessmen. Guru harus mampu merancang sistem assessmen yang bersifat kontinyu - ongoing assessmen - sejak siswa melakukan kegiatan, sedang dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Assessmen bisa diberikan diantara siswa sebagai feedback, oleh guru dengan rubric yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan.

Untuk mencapai tujuan di atas, pendekatan pembelajaran yang cukup menantang bagi guru adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning atau PBL).

Di dalam mengembangkan PBL, guru dituntut untuk menyiapkan unit plan, sebagai portfolio guru dalam proses pembelajarannya.

Di dalam unit plan, guru harus mengarahkan rencana proyeknya dalam sebuah Kerangka Pertanyaan berdasarkan SK/KD yang ada dalam kurikulum. CFQ atau Curriculum frame Question adalah sebagai alat untuk mengarahkan siswa dalam mengerjakan proyeknya, sehingga sesuai dengan tujuan yang telah direncakan.

Guru harus menyiapkan materi-materi pendukung untuk kelancaran proyek siswa, demikian pula siswa harus mampu membuat contoh-contoh hasil tugasnya untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan temannya. Pada saat presentasi hasil proyeknya siswa mendapat kesempatan untuk melakukan assessmen terhadap temannya - peer assessmen, memberikan feedback pada hasil kerjanya.

Dalam rencana pelajaran guru pun harus memberikan kesempatan pada siswa untuk melaporkan hasil proyeknya dalam berbagai bentuk, bisa dalam bentuk blog, wiki, poster, newsletter atau laporan.

Kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking harus dirancang dalam rencana pelajaran guru. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan analisis, sintesis dan evaluasi melalui proyek yang mereka kerjakan.

PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang diyakini para ahli mampu menyiapkan siswa kita untuk menghadapi dunia kerja di abad ke-21. Menurut hasil survey The Conference Board, Corporate Voices for Working Families, Partnership for 21st Century Skills, dan The Society of Human Resources Management yang dirilis pada tanggal 2 Oktober 2006 : Apakah Mereka Siap untuk Bekerja?

A. Kecakapan paling penting untuk bisa sukses bekerja ketika lulus SMA

  • Etos kerja (80%), Kolaborasi (75%), Komunikasi yang baik (70%), Tanggung jawab Sosial (63%) , Berpikir kritis sertan kemampuan memecahkan masalah (58%)

B. Kelemahan yang dimiliki siswa lulusan SMA ketika mereka diterima kerja

  • Komunikasi menulis (81%), Kepemimpinan (73%), Etos kerja (70%), Berpikir kritis dan memecahkan masalah (70%), dan Pengarahan diri (58%)

C. Kecakapan apa dan objek apa yang sedang tumbuh dalam lima tahun yang akan datang?

  • Berpikir kritis (78%), ICT (77%); Kesehatan dan Kesejahteraan (76%); Kolaborasi (74%), Inovasi (74%), dan Tanggung jawab finansial pribadi (72%)

Dari hasil survey di atas menunjukkan bahwa kecakapan-kecakapan yang termasuk dalam Thinking and Learning Skills (problem solving, critical thinking, collaboration, communication) menjadi kecakapan-kecakapan yang sangat penting harus dimiliki oleh siswa agar mampu bersaing dengan siswa negara lain.

Pendekatan pembelajaran yang bagaimana yang harus guru siapkan untuk mengembangkan semua kecakapan di atas? Menurut para ahli, project-based learning merupakan salah satu pendektan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu mengembangkan semua kecakapan di atas. Hal ini dikarenakan PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Siswa menjadi pusat atau sebagai obyek yang secara aktif belajar pada proses pembelajaran.
  • Proyek-proyek yang direncanakan terfokus pada tujuan pembelajaran yang sudah digariskan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum
  • Proyek dikembangkan oleh Pertanyaan-pertanyaan sebagai kerangka dari kurikulum (curriculum-framing question)
  • Proyek melibatkan berbagai jenis dan bentuk assessmen yang dilakukan secara kontinyu (ongoing assessmen)
  • Proyek berhubungan langsung dengan dunia kehidupan nyata.
  • Siswa menunjukkan pengetahuannya melalui produk atau kinerjanya.
  • Teknologi mendukung dan meningkatkan proses belajar siswa.
  • Keterampilan berpikir terintegrasi dalam proyek.

Strategi pembelajarn bervariasi karena untuk mendukung oleh berbagai tipe belajar yang dimiliki oleh siswa (multiple learning style).

PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS AWAL SD


Dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak di mana pada usia tersebut mereka masih berada pada rentangan usia dini. Masa ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Pada masa ini tingkat perkembangan seorang anak umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Oleh karena itu, proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Dengan penerapan pembelajaran tematik belajar akan lebihbermakna karena anakmengalami apa yang dipelajarinya sehingga membantu siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui kaitan antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Selain itu, apa yang dipelajari akan lebih mudah diingat, dipahami, dan diolah serta digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya. Hal ini sesuai dengan ciri khas pembelajaran tematik yaitu: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran ini berfungsi antara lain: memudahkan anak dalam memusatkan perhatian karena terpusat pada satu tema tertentu, anak dapat mengembangkan berbagai pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam satu tema, pemahaman terhadap materi pelajaran menjadi lebih mendalam dan berkesan, serta siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

Selain itu, pembelajaran tematik ini memberikan beberapa keuntungan bagi guru antara lain: guru diberi kewenangan untuk menentukan dan memilih tema yang disesuaikan dengan karakteristik daerah setempat, dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus sehingga ada kelebihan waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan remedial, serta pemantapan atau pengayaan.

Pelaksanaan pembelajaran tematik memerlukan adanya tahap persiapan/perencanaan dan tahap pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah melakukan pemetaan SK dan KD, menentukan tema, membuat jaringan tema, dan menyusun silabus untuk setiap tema yang mencakup beberapa mata pelajaran dan penyusunan RPP. Pada tahap pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan dengan pengaturan kegiatan harian yang terdiri dari kegiatan pembukaan yang dilaksanakan selama kurang lebih 1 jam pelajaran, kegiatan inti selama 3 jam pelajaran dan kegiatan penutup selama 1 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu memiliki satu tema sebagai alat pemersatu beberapa mata pelajaran, berpusat pada siswa, memberi kesempatan kepada anak untuk melihat langsung obyek yang sesungguhnya, melibatkan semua indera, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam peneapan pembelajaran tematik antara lain (1) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan, (2) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester pada kelas yang sama, (3) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan, namun dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri, (4) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral, (5) Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya selalumempergunakan alat peraga yang sesuai dengan tujuan, (6) Judul/nama tema maupun jumlah tema yang dipilih ditentukan oleh masing-masing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat, (7) Agar pelaksanaan dapat optimal, jumlah peserta didik disesuaikan dengan jumlah guru di kelas.

Dengan berbagai manfaat yang positif maka diharapkan penerapan pembelajaran tematik akan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar siswa dan dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak.

Pentingnya Ekstra Kurikuler di Sekolah


Di setiap sekolah biasanya ada kegiatan tambahan selain pelajaran yang diadakan di kelas yaitu kegiatan ekstra kurikuler (ekskul). Ekstra kurikuler sendiri artinya kegiatan yang dilakukan siswa sekolah/universitas di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Universitas.

Kegiatan eskul ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuannya di berbagai bidang diluar akademik. Manfaat kegiatan ini untuk wadah penyaluran hobi, minat, dan bakat para siswa secara positif yang dapat mengasah kemampuan, daya kreativitas, jiwa sportivitas, dan meningkatkan rasa percaya diri. Akan lebih baik bila mampu memberikan prestasi gemilang di luar sekolah sehingga dapat mengharumkan nama sekolah.

Walaupun secara akademis tidak masuk ke dalam nilai raport tapi kegunaannya jauh lebih bermanfat. Beberapa contoh kegiatan ektrakurikuler :

a. ektrakuriler olah raga : bola voli, sepak bola, basket,takraw

b. ektrakurikuler seni bela diri : karate, pencak silat, judo, jiu jit tsu

c. ektrakurikuler seni musik : band, drumband, olah vokal

d. ektrakurikuler tari dan peran : tarian tradisional, teater

e. ektrakurikuler seni media : jurnalistik, majalah dinding (mading)

f. ektrakurikuler lainnya : komputer,otomotif, pramuka, karya ilmiah remaja (KIR), Palang Merah Remaja

(PMR), dan Pramuka.

Kegiatan eskul banyak sisi positifnya namun sangat disayangkan (dulu) pernah ada beberapa perploncoan yang mengotori kegiatan eskul. Biasanya kegiatan perploncoan dilaksanakan pada waktu penerimaan atau pelantikan anggota baru, kadang ada kegiatan yang tidak masuk akal yang dimasukkan dalam format pelantikan anggota baru tersebut.Tetapi yang pasti kegiatan eskul sangat penting dan bermanfaat.

Untuk memilih kegiatan ektrakurikuler pilihlah kegiatan yang paling diminati dan tidak membebani kegiatan sekolah (pelajaran) yang sudah cukup berat. Bisa juga kegiatan yang dapat menunjang pelajaran seperti bidang sains (kegiatan ilmiah). Juga carilah kegiatan eskul yang disesuaikan dengan keadaan fisik, kemampuan diri dan kesehatan anak/siswa. Dalam hal ini lebih baik bila seorang siswa hanya mengikuti 1 atau 2 kegiatan saja daripada banyak kegiatan yang pada akhirnya tidak dapat mengikuti semuanya dengan baik.

Kegiatan eskul adalah ajang pembentukan bakat dan ajang kreativitas anak. Malah eskul sekarang ada yang sudah difokuskan untuk menghasilkan siswa-siswa yang handal dan berprestasi dibidangnya bukan hanya pengisi waktu diluar jam sekolah. Bukan hal yang tak mungkin bila prestasi ini kelak menjadi pekerjaan dan karir di masa mendatang. Namun yang pasti untuk saat ini, salah satu upaya untuk mencegah anak terjerumus pada pergaulan yang tidak baik seperti narkoba dan perkelahian pelajar adalah dengan mengikuti kegiatan yang bermanfaat seperti eskul.

PENTINGNYA BUKU BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEJAK DINI


Anak-anak kita adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa ini dikemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.

Ada 3 aspek yang harus mampu kita persiapkan bagi generasi Indonesia yang kuat melalui mengasuh, membimbing dan menyediakan perlindungan, mengasah emosi dan membangun kecerdasan intelektual serta spiritual. Dan buku merupakan salah satu fasilitas yang dapat membantu pembentukan hal tersebut. Kala kita kecil dulu orang tua kita sering memberikan buku-buku cerita anak-anak yang isi halamannya tipis, tulisannya sedikit, sederhana dan mudah dimengerti oleh anak-anak. Hal terpenting selain itu semua adalah gambar-gambarnya yang menarik dan memancing imajinasi, sehingga anak-anak terpancing untuk membaca dan mengetahui isi bukunya

Namun sayangnya minat baca anak-anak Indonesia kini dinilai rendah, bahkan di kalangan mahasiswa dan pelajar pun masih dianggap belum menggembirakan. Membaca di kalangan masyarakat, khususnya pelajar agaknya belum menjadi kebutuhan pemuas diri yang sangat penting sebagaimana kebutuhan lain seperti makanan ataupun sandang. Gairah besar untuk melahap bacaan-bacaan apapun yang bermanfaat bagi pemahaman diri tentang sesuatu, mengetahui nilai-nilai, serta meluasnya wawasan kiranya belum dimiliki. Mereka hanya membaca buku-buku pelajaran yang memang diwajibkan atau yang termasuk mata kuliah/pelajaran. Jarang diantara mereka yang membaca buku-buku bacaan, baik yang masih berkait dengan studinya maupun yang bersifat pengetahuan umum. Hal ini tentunya berpengarus terhadap kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.

Dugaan ini tidak begitu meleset, terbukti Human Development Index (HDI), secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka Human Development Index (HDI) Indonesia adalah 0,692. Angka indeks tersebut merupakan komposisi dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar US$ 3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-111 dari 177 negara (Kompas, 2004).

Dari mana kita mulai membiasakan mencintai buku-buku, tentunya dari sejak usia dini ketika seseorang sudah bisa baca tulis, baik di rumah maupun di sekolah. Usia sekolah Dasar merupakan fondamen untuk menanamkan cinta baaca bagi anak-anak, selain secara psikologis pun masa-masa itu memiliki rasa keingintahuan yang cukup membuncah terhadap sesuatu, lebih-lebih ang memang diminati.

Anak-anak yang gemar membaca juga akan memiliki rasa percaya diri yang kuat. Itulah pentingnya perpustakaan sekolah dan mampu membangkitkan kegairahan anak-anak sekolah rajin membaca buku-buku. Bila anak-anak sudah bisa merasakan betapa asyiknya menikmati buku-buku bacaan yagn disukai, kelak pasti ia tetap akan memiliki kegemaran membaca. Jika tak mampu membeli buku, mungkin akan tetap berupaya mencarinya keperpustakaan–keperpustakaan.

Sebenarnya memang tidak mudah membangkitkan kegairahan anak-anak pada buku-buku bacaan. Apalagi sekarang , dunia hiburan begitu dekat dengan lingkungan anak-anak, seperti televisi yang menawarkan berbagi corak tayangan. Namun, pemerhati dunia anak terutama kalangan pendidik, memandang tetap ada pintu yang bisa mengarahkan anak-anak pada kegemaran membaca. Adanya perpustakan sekolah memang merupakan khasanah sumber cinta bacaan bagi anak-anak, tetapi lingkungan keluarga juga tak kalah penting. Pada keluarga yang membiasakan diri dengan buku-buku bacaan dirumah, baik buku cerita, sejarah, biografi maupun buku-buku seni dirumah, maka cepat atau lambat anak-anak pun akan terbawa untuk turut membaca buku-buku tersebut. Maka melalui keteladanan biasanya akan lebih mempan bisa dilakukan anak-anak ketimbang sekian ribu anjuran ataupun imbauan agar anak-anak gemar membaca.

Guna membangkitkan dan mengembangkan gairah baca dikalangan anak-anak, tentunya di sekolah-sekolah disediakan ruang perpustakaan yang memadai serta buku-buku bacaan yang lengkap pula. Namun, ternyata tidak semua sekolah memiliki ruang perpustakaan. Sebenarnya minat baca anak-anak itu cuku besar. Hanya bagaimana upaya kita ikut membantu menyediakan ruang perpustakaan gratis beserta isinya.

Kesimpulan:

Pada intinya buku-buku seperti buku tentang agama, dongeng yang mempunyai nilai kemanusiaan, biografi tokoh-tokoh terkenal dan sebagainya merupakan kebutuhan wajib dari anak Indonesia demi mengasah emosi dan membangun kecerdasan intelektual serta spiritual. Tingkat kegemaran membaca juga mempengaruhi Sumber Daya Manusia masyarakat Indonesia. Namun kendala yang dihadapi adalah kurangnya fasilitas pendukung seperti perpustakaan gratis, perputakaan keliling, buku-buku untuk anak-anak dan sebagainya.

Solusi:

Pentingnya peran swasta sebagai fasilitator pendidikan yang menyediakan atau menyumbangkan buku-buku dan perpustakaan gratis bagi anak-anak. Karena selama ini dana pihak swasta lebih banyak habis dibidang kegiatan promosi produknya. Selain itu peran pemerintah dan keluarga juga mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia.